Program Mastering Followership ini menggunakan pendekatan “Best fit Indonesian Culture Approach” yaitu pendekatan khusus budaya perusahaan dan budaya indonesia
“Good, skilled followers are able to nurture good leadership, by invisibly helping keep a novice leader upright and on track. It’s a lost art in our narcissistic times”
Di era industri 4.0 dimana kompleksitas pekerjaan semakin rumit dan tuntutan Inovasi semakin tinggi diperlukan komunikasi dan jenjang organisasi yang dapat dengan cepat mengalirkan informasi dan kordinasi dengan efektif. Pemimpin perlu mengadaptasi gaya kepemimpinannya yang sesuai dengan tuntutan perubahan, dan yang sama juga pentingnya bawahan atau tim kerja juga perlu memiliki skill pengikut yang baik agar dapat dengan cepat dan efektif. Pemimpin perlu mengasah Leadership Skill, dan di saat yang sama pengikut mengasah Followership Skill.
Pengikut tidak kompeten dan enggan belajar sehingga pemimpin kesulitan untuk membetulkan atau memeriksa ulang pekerjaan yang dilakukan oleh pengikut. Jika anda menemukan pemimpin yang tidak dapat pulang cepat karena harus memeriksa ulang hasil kerja bawahannya bisa jadi salah satu penyebabnya adalah Followership Skill bawahan yang rendah.
Pengikut tidak mendiri / independen pengikut yang selalu bergantung pada pemimpinnya. Pengikut seperti ini tidak dapat mengambil keputusan dan selalu meminta persetujuan dari atasannya bahkan untuk masalah yang kecil. Pengikut seperti ini yang membuat atasan jadi tidak bisa ambil cuti dan jikapun mereka cuti bawahannya akan mengganggunya dengan terus menghubungi untuk meminta pendapat atas masalah yang sedang dikerjakan.
Pengikut yang tidak mau berkontribusi dalam tim, mereka adalah orang orang yang kompeten dan mandiri dalam pekerjaan, mereka mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik namun mereka adalah pengikut yang cuek terhadap tim. Mereka adalah pengikut yang seringkali dengan aktif mengkritik strategi atasannya dalam rapat namun enggan untuk melakukan tugas lebih untuk kepentingan tim dengan alasan banyaknya pekerjaan yang mereka tangani. Pemimpin seringkali dibuat sulit oleh pengikut model ini karena biasanya mereka adalah juga orang yang memiliki pengaruh dalam tim dan seringkali membuat pemimpin kehilangan kredibilitasnya dihadapan tim yang lain ketika mereka mengkritik atasannya.
Pengikut “siap bos”. Mereka adalah pengikut yang cukup kompeten dan penurut. Mereka akan mengerjakan semua perintah atasannya tanpa membantah namun juga tanpa melakukan koreksi dan memberikan masukan yang dapat memungkinkan pekerjaan dapat dilakukan lebih baik lagi. Mereka akan mengerjakan semua perintah yang diberikan berikut semua kesalahan yang berasal dari atasan.
David B. Zoogah (2014) mengatakan bahwa Interaksi antara Pemimpin dan Pengikut dalam pengambilan keputusan atau pemecahan masalah strategis menentukan kualitas keputusan dan solusi dari masalah yang dihadapi.”
Seseorang tidak dapat menjadi pemimpin yang baik tanpa menguasai followership terlebih dahulu”
Mastering Leadership adalah progam peningkatan kompetensi menjadi pengikut yang di desain praktis dan aplikatif.
Progam Mastering Followership ini menggunakan pendekatan “Best fit Indonesian Culture Approach” yaitu pendekatan khusus budaya perusahaan dan budaya indonesia
3 hari
Staff, Management Trainee, Supervisor, Leader
Peserta memahami apa yang perlu dilakukan dan bagaimana meningkatkan kemampuan Followership untuk level jabatan paling bawah di organisasi.
2 hari
Asisten Manager, Manager, Senior Manager
Peserta memahami apa yang perlu dilakukan dan bagaimana meningkatkan kemampuan Followership untuk level jabatan manajemen lini di organisasi. Peserta tau bagaimana mereka berdansa menjadi follower dan leader didalam interaksi dengan atasan dan bawahan.
2 hari
General manager, Direktur, Chief Executive Officer
Peserta memahami apa yang perlu dilakukan dan bagaimana meningkatkan kemampuan Followership untuk level jabatan top manajemen di organisasi. Peserta tahu bagaimana meningkatkan leadership mereka dengan cara meningkatkan followership bawahannya.